Parang Khas Ujung Bawang Warisan Turun Temurun di Aceh Singkil
Jumat, 13 September 2019 | Dilihat: 445 kali
SERAMBITV.COM, SINGKIL – Sebilah parang sepanjang kira-kira 40 cm itu berkilau terkena pantulan cahaya matahari.
Siapa sangka senjata yang di daerah lain disebut golok itu, sebelumnya hanya besi rongsokan.
Besi bekas onderdil mobil tersebut dibeli dari pedagang rongsokan seharga Rp 8 ribu per kilogram.
Besi berbentuk per mobil itu dibelah menjadi empat bagian. Kemudian dibakar hingga merah membara. Selanjutnya ditempa sampai pipih, hingga menjadi sebilah parang.
Keahlian membuat parang yang dimiliki pandai besi di Desa Ujung Bawang tersebut telah diwariskan secara turun temurun.
Zaluddin misalnya, ia memiliki keahlian membuat parang yang diajarkan orang tuanya sejak ia tamat sekolah dasar. Kemudian diturunkan kepada Suparman anaknya.
Hal serupa dilakukan Rais. Kakek empat cucu itu membuat parang dibantu Mursidin yang merupakan anak laki-laki pertamanya.
Ada sepuluh keluarga yang berprofesi sebagai pandai besi. Setiap hari satu perajin mampu menghasilkan delapan sampai sepuluh bilah parang.
Mereka menjualnya dengan harga Rp 50 ribu per bilah, sedangkan pisau Rp 25 ribu.
Tak hanya untuk kebutuhan warga Aceh Singkil, parang yang dalam bahasa lokal setempat disebut pisau itu juga untuk memenuhi permintaan warga Subulussalam dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara.